Asal Usul Kesenian Jaranan Kediri
Friday 8 May 2020
Edit
Halo Sobat,
Taukah Sobat apa itu kesenian jaranan? Kalau sobat
belum tau pas banget karena video ini akan membahas asal usul kesenian jaranan
kediri.
Jaranan Kediri adalah
salah satu kesenian tarian daerah yang memiliki ciri khas yaitu adanya suara
gamelan yang rancak, tabuhan gendang dan gong serta tiupan terompet.
Pegalaran kesenian Jaranan Kediri biasanya diadakan ketika
ada event tertentu, seperti bersih desa atau nyadranan. Hari Kemerdekaan
atau tasyakuran.
Kalau sobat tinggal di daerah kediri dan jawa timur pasti
akan sering melihat kesenian jaranan.
Yang menarik dari kesenian Jaranan Kediri ini bukan hanya
alur ceritanya, namun adanya unsur magis dan akrobatiknya yang menegangkan.
Seperti makan beling, mengupas kelapa dengan gigi dan
masih banyak lagi atraksi yang meneganggkan sampai ada yang kesurupan.
Bagi kamu yang tinggal di perkotaan, pasti akan terasa
asing mendengar Jaranan Kediri Ya kan? Nah, karenanya kali ini kita akan
mengulas sedikit tentang kesenian Jaranan Kediri. Sekalipun kamu belum pernah
menyaksikan secara langsung, setidaknya bisa kenal terlebih dulu.
Diceritakan pada zaman dahulu kala adal
seorang raja yang sakti madra guna, Raja itu bernama Raja Airlangga.
Raja Airlangga ini
mempunyai seorang putri yang sangat
cantik rupawan yang bernama Dewi Sangga
Langit. Dewi Songgo Langit adalah putri
kediri yang sangat cantik rupawan.
Karena kecantikan dari
dewi Songga langit ini Pada waktu itu banyak sekali yang ingin melamar, maka Dewi
Songgo Langitmbil keputusan oleh Raja Airlangga untuk membuat sayembara untuk
mencari pendamping dari Dewi Songgo langit.
Setela diadakan
sayembara ini banyak sekali yang ikut melamar dewi songgo langit,
Pelamar-pelamar Dewi Songgo Langit semuanya sakti mandra guna. Mereka sama-sama
memiliki kekuatan dan ilmu yang tinggi.
Yang perlu di ketahui
bahwa Dewi Songgo Langit sebenarnya tidak mau menikah dan Dewi Songgo Langit
Ingin menjadi petapa saja. Prabu Airlangga memaksa Dewi Songgo Langit untuk
menikah. Akhirnya Dewi Songgo Langit mau menikah dengan satu permintaan. Barang
siapa yang bisa membuat kesenian yang belum ada di Pulau Jawa Dewi Songgo
Langit akan menjadi suaminya.
Ada beberapa orang yang
ingin melamar Dewi Songgo Langit. Mereka adalah adalah Klono Sewandono yang
berasak dari Wengker,
Yang kedua adalah Toh
Bagus Utusan Singo Barong Dari Blitar,
Yang ketiga adalah kalawraha
seorang adipati dari pesisir kidul,
dan 4 prajurit yang
berasal dari Blitar.
Para pelamar
bersama-sama mengikuti sayembara yang Dewi Songgo Langitdakan oleh Dewi Songgo
Langit. Mereka berangkat dari tempatnya masing-masing ke Kediri untuk melamar
Dewi Songgo Langit.
Dan sebelum mereka
sampai di tujuannya Dari beberapa pelamar itu mereka bertemu dijalan dan
bertarung terlebih dahulu sebelum mengikuti sayembara di kediri.
Dalam Pertarungan
tersebut dimenangkan oleh Prabu Klana Sewandono atau Pujangganom. Dalam
pertempuran itu Pujangganom menang dan Singo Barong kalah.
Pada saat kekalahan
Singo Barong, rupanya singo Barong memiliki janji dengan Pujangganom. Singa Barong
meminta jangan dibunuh. Pujangganom rupanya menyepakati kesepakatan itu. Akan
tetapi Pujangganom memiliki syarat yaitu Singo Barong harus mengiring
temantenya dengan Dewi Sangga Langit ke Wengker.
Akhirnya Iring-iringan
temanten itu harus diiringi oleh jaran-jaran dengan melewati bawah tanah dengan
diiringi oleh alat musik yang berasal dari bambu dan besi. Pada zaman sekarang
besi ini menjadi kenong. Dan bambu itu menjadi terompet dan jaranan.
Dalam perjalanan
mengiringi temantenya Dewi Songgo Langit dengan Pujangganom itu, Singo Barong
beranggapan bahwa dirinya sudah sampai ke Wengker, tetapi ternyata Dewi Songgo
Langit masih sampai di Gunung Liman.
Singo Barong marah-marah pada waktu itu sehingga Singo Barong mengobrak-abrik Gunung Liman itu dan sekarang
tempat itu menjadi Simoroto. Akhirnya sebelum Singo Barong sampai ke tanah Wengker Singo Barong kembali lagi ke Kediri. Singo Barong keluar digua Selomangklung. Sekarang nama
tempat itu adalah selomangkleng.
Karena Dewi Songgo
Langit sudah diboyong ke Wengker oleh Prabu Klana swandono dan tidak mau
menjadi raja di Kediri, maka kekuasaan Kahuripan diberikan kepada kedua adiknya
yang bernama Lembu Amiluhut dan Lembu Amijaya.
Setelah Dewi Sangga
Langit diboyong oleh Prabu Klana swandono ke daerah Wengker Bantar Angin, Dewi
Sangga Langit mengubah nama tempat itu menjadi Ponorogo. Jaranan muncul di
kediri itu hanya untuk menggambarkan boyongnya dewi Songgo langit dari kediri
menuju Wengker Bantar Angin.
Pada saat boyongan ke
Wengker, Dewi Sangga Langit dan Klana Sewandana diarak oleh Singo Barong.
Pengarakan itu dilakukan dengan menerobos dari dalam tanah sambil berjoget.
Alat musik yang dimainkan adalah berasal dari bambu dan besi. Pada zaman
sekarang besi ini menjadi kenong.
Untuk mengenang
sayembara yang diadakan oleh Dewi Songgo Langit dan Pernikahanya dengan Klana
Sewandono atau Pujangga Anom inilah masyarakat kediri membuat kesenian jaranan.
Sedangkan di Ponorogo Muncul Reog. Dua kesenian ini sebenarnya memiliki akar
historis yang hampir sama. Seni jaranan ini diturunkan secara turun temurun
hingga sekarang ini.
Dalam rangka memperbaiki citra jaranan di muka
masyarakat, seniman jaranan mulai menghaluskan jaranan. Pada tahun 70an gerakan
untuk merevitalisasi jaranan sudah mulai diupayakan.
Penghalusan dalam wilayah tarian, dandanan dan
musikpun sudah mulai dilakukan. Para seniman jaranan mulai memodifikasi jaranan
dari pakaian, make up, dan tarian serta musiknya. Dalam berebagai pertunjukan
jaranan pemain jaranan harus memiliki sifat yang arif, sopan dan memiliki tata
karama yang tinggi kepada masyarakat dan para penanggap. Sifat itu harus
diperankan oleh para seniman dalam berbagai waktu dan kesempatan.
Kemudian pada tahun 1977 setelah berdirinya
Samboyo Putro, jaranan mulai mendapat pengakuan dari masyarakat dan pemerintah.
Jaranan Samboyo Putro ini didirikan oleh mantan polwil Kediri dari Bandar Lor
yang bernama pak Sukiman (samboyo). Dengan adanya jaminan dari pihak kepolisian
inilah jaranan mulai berani bertengger di kediri bersaing dengan kesenian
lainya. Jaranan Samboyo itu dahulu mendapatkan wangsit dari Pamenang Joyoboyo.
Pak Sukiman mendapatkan wahyu dari Pamenang agar mendirikan jaranan dan
menguri-uri kesenian asli kediri ini dan untuk memperbaiki citra kesenian
jaranan yang dahulu dianggap jelek atau ilmu sesat di mata masyarakat.