Moderasi Pengangkat Simpati
Anisatun Kurnia KKN MDR BRAMANTY 2020 |
Kangsoma.com(Pati)Sedangkan moderasi
beragama yaitu sikap netral/ tanpa kekerasan terhadap agama lain. Saling
bertoleransi, gotong royong serta tanpa memandang sebelah mata. Salah satu
bentuk moderasi beragama di Indonesia yaitu di desa Jrahi Pati Jawa Tengah,
desa tersebut dijuluki sebagai desa Pancasila. Mengapa demikian? Karena dalam
satu desa tersebut terdiri dari beberapa agama dan kepercayaan. Agama Islam,
Kristen, Budha serta kepercayaan Sapto Darmo. Beberapa masjid, wihara serta
gereja dibangun disana. Mereka bisa berdampingan tanpa meradikal terhadap agama
lain.
Bahkan ada beberapa kejadian yang
menunjukkan persaudaraan yang begitu kental yaitu ketika hari Natal tiba
biasanya umat Kristiani merayakan dengan masak besar. Para agama lain tak luput
dari pembagian makan tersebut. Begitu juga ketika agama lain ada perayaan atau
sejenisnya. Mereka saling berbagi tanpa ragu-ragu.
Dalam penyusunan struktur desa pun
mereka juga tidak mengharuskan agama ini harus jadi bagian tinggi, yang agama
ini bagian lebih bawah. Mereka memilih secara adil sesuai kemampuan mereka. Dan
yang lebih unik lagi, Kepala Desa Jrahi adalah umat Kristiani. Beliau selalu
mengucapkan salam setiap agama. Sungguh toleransi yang luar biasa.
Tidak hanya untuk struktur desa, para pemuda juga memilih pengurus
sesuai kemampuan. Para pemuda pemudi desa Jrahi ini memiliki komunitas yang
sudah berjaan selama tiga tahun. Komunitas ini dinamakan Jrahi Sakpore. Mereka
memiliki akun sosial resmi. Mempromosikan apa saja kekayaan yang dimilki oleh
desa Jrahi tersebut. Dalam komunitas tersebut terdiri dari beberapa agama.
Mereka saling merangkul, saling membantu, saling menghormati meski berbeda.
Semboyan
Bhineka Tunggal Ika dijaga dengan baik di desa ini. Sebenarnya di Indonesia ini
ada beberapa desa yang bisa disebut desa dengan banyak agama. Sebut saja desa
Jrahi di Jawa Tengah dan desa Tempur di Jepara Jawa Tengah. Di Indonesia ada
lima agama yang diakui, yaitu Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan Konghucu.
Kelima agama tersebut bisa hidup berdampingan tanpa perbedaan pendapat. Sebut
saja di Ibukota ada masjid dan gereja bersampingan.
Simpati
dan empati diperlukan dalam bersosialisasi antar sesama. Baik individu atau
kelompok. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial dimana dia tidak bisa
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Perbedaan agama bukan penghalang dalam
bersaudara. Bukan untuk menghakimi pemeluk lain. Atau menghadirkan radikalisme
yang membahayakan. Rasa empati dan simpati harus ditanamkan sejak kecil. Rasa
moderasi, rasa netral terhadap pemeluk lain juga harus diajarkan sejak dini.
Berbeda agama buka halangan untuk merangkul individu lain. Justru moderasi
adalah pegangkat simpati. Mari berempati sehingga kerukunan selau tertoleransi.
(Oleh : Anisatun Kurnia KKN MDR BRAMANTY
IPMAFA 2020)