Tantangan Dakwah Di Era Milenial
Abdurrahman Ramadhani KKN MDR ASTAGINA 2020 |
Kangsoma.com(Pati)Dakwah
adalah mengajak, menyeru atau memanggil orang untuk berada di jalan kebaikan
sesuai dengan aqidah dan syariat agama. Sedangkan milenial merupakan kaum muda
yang lahir antara 1990 sampai tahun 2000
an. Sebagai kaum muslim di era milenial kita semua harus mengetahui tantangan
dakwah apa yang akan dihadapi saat ini terkait globalisasi yang masuk ke
Indonesia. Masalah globalisasi, pengaruhnya tidak hanya berdampak pada kaum
muda, akan tetapi globalisasi juga menyentuh orang tua. Disadari atau tidak, globalisasi
telah menimbulkan pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat muslim. Tidak
hanya berdampak pada ekonomi, perdagangan dan politik tetapi juga berpengaruh pada kehidupan
sosial, budaya dan agama.
Menurut
pemikir Islam, Mohammad Umaroh, masa depan masyarakat Islam ditentukan
oleh kemampuan orang Islam dalam
menjawab tantangan globalisasi. Problem yang harus dijawab saat ini hingga
mendatang adalah menentukan pilihan apakah kita membiarkan globalisasi barat
atau mengupayakan internasionalisasi keislaman.
Dengan adanya globalisasi ini merupakan merubah perilaku masyarakat
Islam dalam hal berdakwah. Kita bisa
memanfaatkan globalisasi ini sebagai media dakwah kita di era milenial.
Menyikapi
hal ini, umat Islam memiliki keharusan bersikap secara tepat dan kontekstual
dalam menjawab tuntutan globalisasi ini. Pilihan yang tepat dalam strategi dakwah di era globalisasi ini adalah dengan
menghadirkan dakwah dalam kemasan konten-konten digital lalu diupload di platform-platform
yang sering diakses oleh generasi milenial seperti Youtube dan Facebook. Dengan
mengupload beberapa video kajian keagamaan dari penceramah yang kompeten
tentunya akan lebih mudah mensyiarkan kebaikan di tengah masyarakat modern ini.
Cara seperti ini akan memudahkan orang yang tidak dapat menghadiri kajian untuk
melihat tayangan ulang dalam kajian tersebut. Kita juga dapat menulis beberapa
artikel keislaman atau kalimat-kalimat yang memiliki nilai keislaman yang dapat
kita sebarkan di media sosial.
Kemudian
selain menggunakan media sosial, di era milenial ini kita harus mempunyai
metode dakwah yang menarik bagi kaum milenial seperti menggunakan kalimat yang
ringan dan mudah dipahami bagi para penonton dan pendengar.
Perlu
diketahui oleh kaum muda, pada era milenial ini dakwah secara langsung ataupun
tidak langsung menjadi suatu kebutuhan. Melihat perkembangan program dakwah
yang sering dipertontonkan kepada masyarakat, banyak ditemukan ajaran-ajaran
melenceng dan terselubung masuk ke dalam agama Islam dengan kemasan dakwah.
Maka dari itu, sebagai kaum muda penerus bangsa dengan wawasan intelektual,
generasi muda harus bisa menjamah hal-hal seperti ini.
Melihat
realitas perkembangan dakwah secara langsung seperti diskusi mingguan atau
pengajian di masjid, ternyata hal itu kurang mendapat respon. Zaman now lebih mementingkan gaya
kesenangannya dibanding membangun paradigma seorang muslim dengan kekayaan
intelektual. Sebenarnya lembaga-lembaga dakwah seringkali menyelenggarakan
kajian-kajian keislaman dan diskusi, tetapi sayangnya minim respon. Padahal,
perlu diketahui bahwa dalam Islam kita tidak dibolehkan meninggalkan kaum yang
lemah di belakang kita. Kita harus terus membentuk paradigma kaum intelektual
penerus bangsa ini dengan baik.(Oleh : Abdurrahman
Ramadhani Anggota KKN MDR Astagina IPMAFA)